Jumat, 23 Mei 2014

LIGHTING (TATA CAHAYA PEMENTASAN)



I. Pengertian
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:

  1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
  2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.
II. Unsur-unsur dalam lighting.
Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :
  1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lightingdan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan.
  2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 45di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.
  3. Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
  4. Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.
  5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.
Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.
Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan unsur pendukung lainnya.
III. Istilah dalam tata cahaya.
1. lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light, focus light, dll.
2. holder: dudukan lampu.
3. kabel: penghantar listrik.
4. dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
5. main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.
6. foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
7. wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
8. front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
9. back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.
10. silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.
11. upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.
12. tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, Anda harus banyak belajar dan mencoba (trial and error).
ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA
Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan. Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:
• Fungsi dan kualitas cahaya
• Aspek rekabentuk dalam cahaya
• Asas elektrik; mengenali bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.
• Aspek optik – iaitu aspek pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.
• Jenis dan fungsi lampu yang digunakan di dalam teater
• Kegunaan warna di dalam pementasan teori warna dan pengawalan warna
• Sistem pemalap [dimmer system] – manual dan memory
• Mencipta ‘light plot’ dan membentuk ‘lighting cues’
10 TRIK APLIKASI WARNA
  1. Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.
  2. Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya pada satu bidang.
  3. Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.
  4. Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.
  5. Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.
  6. Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.
  7. Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.
  8. Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.
  9. Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.
  10. Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada lantai.
  11. Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari. Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.

TATA CAHAYA

Ada 2 jenis tata cahaya yang utama yang sering dipakai oleh juru kamera, yaitu :
High Key adalah sebuah scene yang penampilannya lebih condong ke cerah. Efek dari tata cahaya high key relative hanya sedikit ada bayangan, tetapi penting juga ada sedikit bagian yang gelap sebagai bahwa indikasi bahwa high key bukan over exposed.
Low Key adalah sebaliknya, hanya bagian – bagian yang pokok yang diberikan cahaya cukup, sedangkan bagian – bagian lainnya ada dalam bayangan gelap. Sering terjadi juga salah pengertian bahwa untuk mendapatkan efek low key ialah dengan membuat under exposed, yang benar adalah perbandingan ratio antara gelap dan terang.
Tata cahaya mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
Key Light, merupakan sumber cahaya utama untuk suatu karakter tertentu disuatu tempat dalam scene. Jika objeknya bergerak maka menggunakan beberapa key light
Fill Light, tujuannya untuk mengisi ( fill ) bayangan yang disebabkan oleh key light. Karena harus dihindari agar tidak menimbulkan bayangan baru, maka biasanya ditempatkan dekat kamera. Fill light bisa juga dengan menggunakan sumber cahaya soft. Kualitas dari soft light yang tidak menimbulkan bayangan memberikan kebebasan dalam penempatannya.
Back Light, ditempatkan diatas atau dibelakang objek untuk memberi cahaya diatas kepala atau diatas pundak.
Dalam tata cahaya kadang diperlukan efek khusus. Efek cahaya lain yang sering digunakan adalah Eye Light, sebuah lampu kecil dengan cahaya kuat yang ditempatkan di dekat kamera. Karena cahayanya lemah maka dia menimbulkanfill light di mata actor, disamping refleksinya akan membuat matanya berbinar. Terakhir adalah background light atau set light, untuk memberi cahaya pada tembok atau furniture.

MEMOTRET PERTUNJUKAN PANGGUNG

Memotret pertunjukan di atas panggung perlu beberapa kiat agar bisa menghasilkan foto yang maksimal baik kualitas image atau kontennya.
Ada beberapa masalah dalam memotret pertunjukan pertama adalah tata cahaya panggung. Kadang dalam suatu pertunjukan tata cahayanya kurang maksimal bahkan bisa dibilang buruk sama sekali. Tantangan kedua, bagaimana bisa mendapat moment yang dramatis dalam pertunjukan itu. Foto yang baik dapat menampilkan klimaks adegan atau momen-momen dalam pertunjukan yang akan diingat terus oleh orang yang melihat foto kita.
Saya ingin berbagi beberapa kita untuk menghadapai masalah tatacahaya dan juga tantangan untuk mendapat adegan atau momen-monen terbaik dalam pertunjukan yang akan kita foto.
1. Siapkan peralatan foto untuk menghadapi masalah tata cahaya panggung.
- Gunakan lensa dengan bukaan besar. Misalnya lensa dengan bukaan f1.2, f2 , atau f2.8. semakin lebar bukaannya semakin memudahkan kita mengatasi tatacahaya panggung yang minim. Lensa yang menggunakan penahan getaran
- Jangan RAGU untuk membawa tripod atau monopod. Karena dengan cahaya panggung yang minim tripod atau monopod sangat membantu untuk mengurangi guncangan tangan ketika kita memencet tombol kamera. Terutama jika kita menggunakan lensa panjang atau tele dimana guncangan sedikit saja bisa menghasilkan foto yang blur.
2. Siapkan diri kita sebaik mungkin.
- Kalau ada waktu senggang datang dan memotretlah ketila gladiresik pertunjukan. Lebih baik lagi datang ketika mereka berlatih. Dengan datang di waktu latihan atau gladiresik kita akan mengetahui jalannya pertunjukan dan bisa mencatat momen-momen penting dan perubahan tatacahaya dalam setiap adegan. Dengan mengetahui itu semua memudahkan kita untuk memotretnya.
- Dengan datang dalam acara gladiresiknya kita bisa tahu posisi mana yang terbaik untuk memotret setiap adegan. Jadi ketika pertunjukan sesungguhnya kita bisa berpindah posisi (kalau tidak menggangu penonton atau fotografer lainnya) menyesuaikan angle terbaik dari tiap adegan.
- Malah menurut saya banyak lho foto pertunjukan yang baik dihasilkan bukan dalam pementasan sesungguhnya tapi dalam pertunjukan gladiresiknya (ingat ketika gladiresik setiap pemain sudah menggunakan wardrobe panggung asli sesuai pertunjukan). Lihat deh buku-buku tentang balet Bolsoy, saya yakin foto-foto dalam buku itu dibuat ketika bukan dalam pertunjukan sesungguhnya, terlalu sempurna.
Ketika gladiresik biasanya ada beberapa adegan yang diulang dalam rangka adjusment posisi, blocking pemain, timing, dan lain-lain. Pengulangan adegan ini bisa kita manfaatkan maksimal dengan bergerak ke berbagai posisi untuk mendapatkan angle terbaik. Oh ya, gladiresik biasanya tak ada penonton maka ketika kita bergerak kesana kemari tak akan menggangu penonton. Ini untungnya ketika memotret gladiresik.
- Catatlah atau ingat dengan tepat perubahan tatacahaya dan adegannya. Bikin prioritas tatacahaya dan adegan/momen terbaik mana yang betul-betul bagus untuk difoto. Tunggu dan konsentrasilah menunggu adaegan yang telah kita prioritaskan untuk difoto.
3. Trik teknis waktu mengklik tombol kamera.
- Karena tata cahaya panggung itu biasanya menggunakan lampu spot maka pencahayaanya tidak rata. Biasanya pangung didominasi latar gelap dengan penekanan cahaya pada pemain dengan lampu spot. Berbahaya kalau kita memotret panggung dengan ukuran cahaya rata-rata, karena yang terukur adalah bidang yang dominan gelap sehingga pengukur cahaya di kamera kita meminta waktu eksposure yang lebih lama. Hal ini menyebakan bagian-bagian yang terkena spot cahaya akan terlihat lebih terang artinya akan menghasilkan foto yang over eksposure pada pemainnya (bukan pada latar gelapnya). Kelebihan cahaya menyebakan banyak detail yang hilang dan itu mempengaruhi kualitas gambar.
- Kalau tetap ingin mengunakan ukuran cahaya rata-rata maka breketlah. Pengalaman saya sendiri kadang breket yang dibutuhkan bisa, mencapai 2-3 stop, atau minimal 1 stop. Tergantung dominan atau tidaknya bidang gelap terang di atas panggung. Semakin banyak gelapnya maka breketnya pun semakin tinggi. Dengan mengurangi waktu eksposure 1-3 stop maka kita bisa mendapat speed yang tinggi. Speed yang tinggi bisa membuat ‘freeze’ adegan yang kita ambil, ini keuntungan lainnya.
- Alternatif lain adalah dengan mengunakan ukuran cahaya titik(spot), bukan rata-rata. Tapi hati-hati, karena warna juga mempengaruhi lamanya waktu ekspoure. Warna biru atau merah membuat waktu eksposure menjadi lebih singkat. Warna hitam membuat waktu eksposur menjadi lebih lama. Yang dikhawatirkan ketika kita menggunakan pengukuran cahaya titik (spot), bidang yang kita ukur adalah warna-warna yang memperngaruhi kecepatan eksposure seperti yang saya sebutkan tadi (dan pula tatacahaya panggung bermacam-macam warna dan selalu berubah-ubah). Kalau itu terjadi tetap bisa menghasilkan foto yang over eksposure atau under eksposure.
Maka hati-hatilah jika menggunakan metode pengukuran cahaya titik (spot) ini. Perhatikan betul warna obyek yang kita jadikan target pengukuran cahaya.
Sebenarnya panggung itu sudah punya standar tersendiri baik ukurannya, jarak lampu ke panggung, kekuatan setiap lampu dan sebagainya. Ada range tertentu kekuatan lampu antara yang lemah sampai yang kuat. Perhatikan dengan seksama kapan lampu yang lemah dinyalakan dan kapan lampu yang kuat dinyalakan. Ukurlah eksposure tatacahaya yang terlemah dan yang terkuat. Kalau sudah dapat waktu eksposure cahaya terkuat dan yang terlemah, kita bisa menggunakan range eskposure sekitar itu ketika memotretnya. Dengan begitu kita sudah punya patokan bahwa kalau adegan di cahaya terlemah saya harus menggunakan speed sebesar ini dan adegan di cahaya terkuat speed sebenar ini. Maka kita tak terlalu direpotkan dalam mengukur cahaya sehingga bisa lebih efesien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar